METODE KADERISASI ALA PESANTREN GONTOR

bimbel masuk gontor

Metode Kaderisasi Pemimpin Ala Pesantren Gontor

Ditulis Oleh : Aulia Nur Shifani ( Alumni Gontor 2019 )

Pondok Modern Darussalam Gontor dalam mendidik santri-santri sudah memiliki trik ataupun cara tersendiri berdasarkan pengalaman puluhan tahun, hingga sudah mendekati satuabad. Pengalaman tersebut menghasilkan beberapat metode yang disebut dengan “MetodeKaderisasi Pemimpin,” diantaranya:

Pertama, pengarahan. Dalam proses pembentukan karakter pemimpin, pemberian pengarahan terhadap santri sebelum melaksanakan berbagai kegiatan adalah muthlak bersifat sangat penting. Dengan pengarahan, santri akan diberikan pemahaman terhadap seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan, kemudian dievaluasi setelahnya untuk mengetahui standar pelaksanaan kegiatan tersebut. Maka, dalam setiap kegiatan di Gontor ada pengarahannya seperti, pembukaan tahun ajaran baru, pembagian jadwal guru, pekan perkenalan khutbatul ‘arsy, pengarahan ujian, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Pengarahan bertujuan untuk memberikan pemahaman agar santri mengerti untuk apa melaksanakan kegiatan, bagaimana teknik pelaksanaan, mengapa dan bagaimana pelaksanaan, apa isi dan filosofinya

Kedua, pelatihan. Pengarahan saja tidak mencukupi, santri harus mendapatkan pelatihan pelatihan hidup sehingga bisa terampil dalam bersikap dan menyikapi kehidupan ini. Hingga ia memiliki wawasan yang luas, baik wawasan keilmuan, pemikiran, dan pengalaman. Seperti, pelatihan keguruan (untuk guru/ustadz), organisasi di tingkat asrama sampai tingkat pelajar, kursus atau klub-klub seni dan olahraga, sampai tingkat mahasiswa pun tetap mendapatkan pelatihan. Dalam pelatihan tersebut di dalamnya terdapat pelatihan kepemimpinan, pelatihan pengorbanan, kesabaran, kesederhanaan, dan pelatihan hidup bersama. Dinamika pelatihan tesebut sangatlah membentuk dan mewarnai mental dan karakter, karena semakin terampilan santri, maka semakin tinggilah kepercayaan diri santri. Hal-hal inilah yang mendorong santri Gontor selalu berpartisipasi di manapun berada. Namun demikian, pengarahan dan pelatihan saja tidak cukup, calon pemimpin harus diberi tugas, karena dengan tugas, santri akan terdidik, terkendali dan termotivasi.

Ketiga, penugasan. Penugasan adalah proses penguatan dan pengembangan diri. Maka, barang siapa yang banyak mendapatkan tugas atau melibatkan diri untuk berperan dan menfungsikan dirinya dalam berbagai kegiatan dan tugas, maka dialah yang akan kuat dan terampil dalam menyelesaikan berbagai problema hidup. Dengan begitu santri Gontor dikenal sebagai santri yang dinamis, karena memang tata kehidupan di dalamnya memiliki dinamika dan disiplin yang tinggi serta diberi muatan jiwa ataupun filsafat hidup. Dalam kamus Gontor, tidak berlaku orang diberi tahu atau dikasih tahu, diberi tugas dan dikasih tugas. Yang berlaku adalah, siapa yang banyak mengambil inisiatif mencari pekerjaan atau tugas-tugas, dialah yang akan banyak mendapatkan keuntungan. Karena itu, tugas merupakan suatu kehormatan dan kepercayaan sekaligus kesejahteraan. Dia tidak saja akan musta’mal ( Selalu di libatkan di setiap aktivitas pondok ) , tetapi juga  mu’tabar ( menjadi orang penting ), mu’tarof ( Dikenal banyak orang ) bahkan muhtarom (Di Hormati oleh adik adik kelasnya ). Maka, beruntunglah orang yang mendapatkan tugas-tugas dan mampu menyelesaikannya. Berarti dia terhormat sekaligus terpercaya.

Keempat, pembiasaan. Pembiasaan merupakan unsur penting dalam pengembangan mental dan karakter santri. Pendidikan Gontor adalah pembiasaan. Maka, seluruh tata kehidupan di Gontor seringkali diawali dengan proses pemaksaan. Seperti, sebagian besar santri sulit untuk mengikuti disiplin pondok, disiplin pergi ke masjid. Caranya, dengan memberikan absen sebelum berangkat ke Masjid. Pada awalnya ada unsur keterpaksaan, namun akhirnya santri akan terbiasa untuk berdisiplin.

Kelima, pengawalan. Mengawal seluruh tugas dan kegiatan santri agar selalu mendapatkan bimbingan, sehingga seluruh apa yang telah diprogramkan mendapatkan kontrol, evaluasi, dan langsung diketahui. Pengawalan ini sangat penting untuk mendidik, dan memotivasi. Tidak hanya santri, tetapi bagi pengurus instruktur bahkan kyai juga ikut terdidik. Seperti ungkapan, “Guru sebenarnya tidak saja mengajari muridnya, tetapi dia juga mengajari dirinya sendiri.”

Keenam, Uswatun Hasanah atau suri tauladan. Dalam suatu pendidikan, upaya ini menjadi sangat penting dalam keberhasilan pendidikan. Karena Rasulullah SAW beserta para sahabatnya berhasil membina umat dengan memberikan suri tauladan. Maka, proses kaderisasi yang dijalankan oleh pedidikan Gontor sebenarnya proses uswatun hasanah yang selalu diberikan oleh para pendirinya, pimpinan, pengasuh, dan guru. Bahkan pengurus yang ada di pondok ini

Ketujuh, pendekatan. Keenam metode tersebut belum mencukupi bila tidak disertai dengan pendekatan-pendekatan. Ada tiga macam pendekatan menurut Gontor; pertama, pendekatan manusiawi; pendekatan secara fisik dengan cara memanusiakan calon pemimpin. Kedua, pendekatan program; pendekatan tugas ini akan menjadikan calon pemimpin menjadi lebih terampil, bertujuan untuk bertambahnya pengalaman, dan wawasan. Ketiga, pendekatan idealisme; upaya memberikan ruh, ajaran, filosofi di balik penugasan. Keberhasilan metode pendidikan Gontor membawa para alumninya bergerak diberbagai lini masyarakat seperti, almarhum Dr. K.H. Hasyim Muzadi (Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Mantan Ketua Umum PBNU), Dr. Abdurrahman Mohammad Fachir (Wakil Menteri Luar Negeri RI), Abu Bakar Baasyir (Pimpinan Pondok Pesantren Ngruki Solo), Prof. Din Syamsuddin (Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah dan MUI), Adnan Pandu Praja (Mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi), K.H. Ahmad Cholil Ridwan (Mantan Ketua Dewan Dakwah Islamiyyah), Ahmad Fuadi (Jurnalis, Novelis, Peraih Education UK Alumni Award 2016), dan masih banyak para alumni yang tidak bisa disebutkan satu- persatu

Baca Juga : Bimbingan Masuk Gontor 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *